Senin, 29 November 2010

Kajian kritis

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah Wa Syukurillah penulis panjatkan Kepada Allah SWT karena diatas satu rancang bangun kepastian, ilmu-Nya lah penulis mampu menyelesaikan kajian kritis ini.
Adapun Tujuan penulis menyusun kajian kritis ini hanya untuk memenuhi salah satu tugas MGMP Bahasa Inggris Bermutu Gugus Cisaat.
Kajian kritis ini penulis susun hanya berbekalkan pengalaman yang serba terbatas. Penulis menyadari Kajian Kritis ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu terwujudnya Kajian Kritis ini, antara lain :
1. Kedua Almarhum orang tua saya yang telah mendidik saya dari kecil.
2. Suami dan anak saya yang telah memberi izin, juga kadang membantu membacakan buku referensi.
3. Ibu Anggraeni M,Pd pemandu MGMP Bahasa Inggris Bermutu Gugus Cisaat.
4. Bapak Dodi Irawan SPd selaku kepala SMP PGRI Cisaat dimana tempat penulis mengabdikan diri.

Harapan penulis mudah-mudahan kajian kritis ini ada manfaatnya bagi dunia pendidikan dan kita semua.


Sukabumi, Januari 2010
Penulis


Teti Maryati



KAJIAN KRITIS



DARI “NEXT GENERATION GURU MODUL OTAK DAN PENDIDIKAN”

Karya Dr. Tauhid Nur Azhar ,M,Kes
Oleh : Teti Maryati








Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri dari
MGMP BAHASA INGGRIS BERMUTU GUGUS CISAAT













Pendidikan yang tepat adalah
Pendidikan yang membuahkan hasil
Yaitu manusia yang berkualitas dan bertakwa

ABSTRAK: Pendidikan adalah satu proses dimana seseorang menerima
Informasi ilmu terhadap otaknya sebagai sarana penampung ilmu
Sebagai bekal alternatifnya atas satu pilihan hidupnya

Kata kunci : Pendidikan , Otak, Ilmu, Proses pendidikan


PENDAHULUAN
Setelah penulis membaca ringkasan dari’’ Next generation Guru Modul Otak dan Pendidikan” karya Dr Tauhid Nur Azhar ,M. Kes, yang penulis peroleh dari Workshop Model Pembelajaran Terintegrasi bagi SMA dan SMK se Kabupaten Sukabumi tanggal 7 sampai 9 Desember 2009 di Hotel Sukabumi Indah. Penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam lagi oleh karena itulah penulis ketika mendapat tugas kajian kritis dari MGMP Bahasa Inggris bermutu memilih untuk melakukan kajian kritis terhadap ringkasan itu.
Namun sebelum penulis membahas isi dari rangkuman ini maka alangkah lebih baik kalau kita ketahui apa itu kajian kritis dan apa pula pendidikan?
Kajian kritis berasal dari kata kajian yang berarti menyelidiki atau mengkaji atau juga mempelajari.sedangkan kata kritis berasal dari kata kritik atau criticism yang mempunyai makna “mencari kesalahan”atau”menyensur”tapi kata ini juga dipergunakan untuk menamai kegiatan “menganalisa”serta membuat penilaian –penilaian atau “pertimbangan-pertimbangan”atau dengan kata lain criticism berarti “the act of analyzing and of making pigment” (Tarigan Guntur Hendri, MEMBACA sebagai satu keterampilan berbahasa :131).
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup manusia, karena bisa menentukan peradaban yang ada di muka bumi ini. Pendidikan yang di peroleh seseorang berhasil atau tidaknya tergantung pada bagaimana penerimaan otak manusia sebagai penerima ilmunya. Dan ilmu yang tepat adalah ilmu yang mampu memperoleh manusia menjadi sosok yang berkwalitas dan bertaqwa. Segala sesuatu yang diharapkan dalam pendidikan bergantung pada bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan.

Firman Allah dalam surat An-nahl ayat 78 yaitu :
Allah telah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu kalian tanpa memiliki ilmu apapun dan Allah telah menjadikannya pendengaran, penglihatan dan saran penerima ilmu namun hanya sedikit saja yang bersyukur.
Dari cuplikan ayat diatas jelas bahwa manusia lahir tanpa memiliki ilmu oleh karena itu pentingnya pendidikan bagi manusia karna manusia perlu informasi untuk menentukan pilihan mana yang mau di alternatifnya dalam hidupnya. Dari ayat di atas juga sudah di jelaskan bahwa Allah sudah memberikan saran penangkap ilmu yaitu “sam’un” pendengaran, “basiharun” penglihatan, dan “pu’adzun” sarana penangkap ilmu yaitu fungsi dari otak sebagai tempat bersarangnya ilmu sebagai informasi yang di terimanya. Fungsi kerja otak sebagai penerima ilmu akan lebih baik tergantung bagaimana proses pendidikan itu dilaluinya. Pada ayat itu dijelaskan sedikit saja ya yang bersyukur artinya hanya sedikit orang-orang memanfaatkan sarana yang di berikan Allah pada dirinya disini hanya segelintiran orang saja yang benar-benar memanfaatkan pendengaran, penglihatan dan juga otaknya.

Pada hadits diatas jelas bahwa kita sebagai makhluk yang diciptakan Allah haruslah mencari ilmu dimana sarana untuk menerima ilmunya itu sudah tersedia yaitu otak yang berfungsi sebagai makom ilmu.

PEMBAHASAN

Dr. Tauhid Nur Azhar, M.Kes.
dalam modulnya “Next Generation Guru Modul Otak dan Pendidikan” bahwa :
Perkembangan otak manusia
Semua perkembangan perilaku terkait dengan otak. Perkembangan otak tergantung dengan faktor pengalaman dan genetika. Faktor genetika bersifat sangat dinamis dalam mempengaruhi perkembangan otak anak.

Menyimak dari apa yang telah dikemukakan oleh Dr. Tauhid seperti yang penulis kutip diatas maka jelas bahwa faktor yang sangat mempengaruhi terhadap perkembangan otak adalah faktor pengalaman dan genetika.

Oleh karena itu penulis berpendapat jika kita bertugas sebagai guru maka berikanlah kepada anak didik kita satu ilmu yang menjadi sumber dari pengalamannya yang mampu memberikan perubahan ke arah perbaikan bukan malah menjadi pengrusakan, sebab jika kita salah memberikan/menyajikan materi bukannya membikin anak menjadi berubah kearah yang diharapkan.
Pendapat Dr. Tauhid yang penulis kutip itu adalah sangat tepat karena kalau kita merujuk kepada hadis Nabi bahwa Kullu mauludin yuladuna a’alal pitrah fa abawahu, yuwahidanihi yunasyiranihi yumassanihi au yusalimanihii yang artinya : setiap yang lahir adalah sesuai dengan hakikat pencipta-Nya (Fitrah) hal ini tergantung kepada bagaimana orang tuanya apakah dia mau di yahudikan, dimajusikan, dinasranikan atau mau di Islamkan. Bila melihat hadits ini maka kita yang berkedudukan sebagai guru/sebagai tenaga pengajar hendaknya berpikir bahwa tugas kita akan mewarnai terhadap anak didik kita. Dan jikalaulah kita sebagai guru berarti janganlah salah dalam mengajarkan materi ajar terhadap anak didik kita terlebih lagi kita sebagai umat Islam maka hendaknya apapun yang kita ajarkan harus mampu membikin anak menjadi orang yang berkwalitas dan bertaqwa, untuk mencapai kearah itu maka mata pelajaran apapun yang kita ajarkan maka haruslah dirujuk kepada Al-Qur’an sebagai buku teksnya. Misalnya kita mengajar dikelas mata pelajaran bahasa Inggris maka hendaklah kita jelaskan perbandingannya dengan bahasa Qur’an sehingga nanti anak selain pandai berbahasa Inggris dia juga mengerti bahasa Qur’an, sehingga anak ini akan lebih meningkatkan keimanannya.
D. Tauhid juga mengatakan dalam bukunya :
Orang kreatif adalah orang yang mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang menakjubkan dengan ciri-ciri sebagai berikut : prestatif, solutif, inovatif, kontributif.
Tauhid juga bicara bahwa berakal kreatif adalah fitrah manusia dalam konteks sunatullah, akal adalah alat pengubah dari hal yang semula berstatus potensial menjadi kreasi yang bagian dari solusi. Kecerdasan dalam memaknai tanda gejala mendorong manusia untuk mengembangkan inovasi dan mengeksploitasi manfaat dari ciptaan Allah dari penjuru alam semesta. Oleh karena itu kata tauhid “Kita perlu memperbaiki sistem pendidikan diri dari yang biasa mencekoki dan mendikte otak dengan fakta yang dianggap benar atau diharuskan benar menjadi upaya mengembangkankan kemampuan otak untuk melihat kebenaran yang hakiki /sesungguhnya”.
Kalau kita telaah apa yang dikatakan Dr. Tauhid memanglah tepat karena upaya mencekoki dengan hal yang dianggap benar atau dharuskan benar sama dengan pemaksaan dalam pendidikan. Hal ini bertentangan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an “LAAIQRAHA FIDDIN QAD TABAYANA RUSDU MINAL GOY” yang artinya tidak ada paksaan dalam satu penataan Dinul Islam jelaskan apa apa yang benar dan jelaskan apa –apa yang salah.
Dr Tauhid juga mengatakan “Ditengah-tengah kepala terdapat sebuah kompleks yang memproduksi kebahagiaan, kegembiraan, kesedihan, harapan, ketakutan, kecemasan, juga kasih sayang, cinta kasih, kekecewan, serta kebencian. Komplek tersebut dinamakan system limbic, sebuah sistem otak yang mengintegrasikan kepekaan, rasa pengolahan memori, pengendalian emosi, dan meregulasi pola-pola belajar seorang manusia”
Apa yang dikemukakan Dr Tauhid diatas saya kira baik karena sejalan dengan apa yang dikatakan oleh {Loons dan Konbergh}.
“….jika kelas merupakan lingkungan yang hidup, kreatif dan penuh tawa, maka murid dari segala usia memiliki saluran keluar alamiah dimana keingintahuan mereka berkembang (Loomans dan Kolbergh,1993,h.153).
Tauhid juga berkata “dalam mengelola kehidupan, system limbic haruslah dibekali dengan ilmu yang mencukupi. Sebab konsep ikhlas dalam perspektif Islam adalah sesuatu yang dibangun dengan dasar ilmu dan yakin”.
Dia juga mengatakan “indikasi performansi dari orang beriman adalah sukses dalam mengelola potensi hawa nafsu, motivasi, fokus, kemampuan leadershipnya dapat diandalkan, berakidah yang kuat, siap menjadi kholifah, menghadirkan kondisi rahmatan lilalamiin, mentaati syariat agama, senang memperbaiki diri dan terbuka terhadap kritik yang membangun, serta menerapkan konsep long life education “.
Apa yang dikemukakan Dr Tauhid penulis piker itu tepat sekali karena berdasarkan pengalaman yang penulis alamipun dapat merasakannya. Dan penulis yakin semua orang bisa merasakan dan melihatnya juga membedakannya dengan melihat perbedaan dari anak didik yang kita temui pada saat kita melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk penerapan long life education dalam diri seseorang ini yang menjadi PR bagi kita semua sebagai tenaga pengajar atau guru bagaimana agar semua orang termasuk diri kita supaya menjadi orang yang terus mempunyai semangat dalam mencari ilmu, jalan apakah yang harus kita lalui agar mampu memberi motivasi kepada semua anak didik kita, juga diri kita sendiri agar menjadi tetap semangat dalam mencari ilmu hal ini harus kita lakukan karena mencari ilmu itu wajib bagi setiap umat manusia yang hidup di dunia ini, dari mulai ia lahir sampai masuk liang lahat. Hal tersebut sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi : UTLUBUL ILMU PARIDHATUN MINAL MAHDI ILAL LAHDI.
Dr. Tauhid juga mengungkapkan dalam modul nya: “Rancangan, permodelan, pengkondisian, dan lingkungan belajar yang di rasakan oleh peserta didik akan mengubah baik secara fungsional maupun struktural area-area kognitik, afektif, dan psikomotor yang ada di otak”.”pengelolaan proses belajar yang tidak optimal atau pun tidak akurat ( memenuhi syarat) akan memunculkan pola-pola sirkuit oleh seni permanen yang akan turut menentukan kualitas peserta didik dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya”.
Menyimak apa yang di kemukakan oleh Dr. Tauhid di atas maka tugas kita sebagai guru tidak lah mudah karena kita sebagai fasilitator dalam dunia pendidikan , apa yang kita lakukan sangat lah menentukan terhadap jiwa dari anak didik kita. Oleh karena itu, maka kita selaku peserta didik juga pendidik jangan lah merasa bosan dengan apa yang telah kita ketahui dan jangan lah sudah merasa cukup dengan apa yang telah kita miliki dalam dunia pendidikan. Karena masa depan anak-anak kita ada di bawah bimbingan kita semua sebagai tenaga pengajar.
Sebagai tenaga pengajar tidaklah hanya tugas guru saja, melainkan tugas semua orang? Umat manusia di muka bumi ini. Terlebih lagi bagi seorang ibu karena seorang ibu merupakan madrasah pertama bagi putra putrinya. Mengapa penulis berpendapat demikian? Karena mengingat salah satu hadits Nabi yang berbunyi “BALIGGU ANNI WALAU AYATAN” yang artinya “sampaikan dariku walaupun satu ayat” mengingat hadits itu berarti merupakan surat tugas kepada setiap umat manusia untuk menjadi tenaga pengajar baik untuk diri sendiri, anak, juga anak didik dan teman juga kerabat.

KESIMPULAN

Berdasarkan kajian diatas jelaslah bahwa “Next Generation Guru Modul Otak dan Pendidikan karya Dr. Tauhid, M.Kes adalah modul yang layak untuk di baca bagi masyarakat baik untuk kalangan muda, tua, terutama guru dan juga ibu rumah tangga. Karena dalam modul tersebut menjelaskan tentang komposisi otak manusia, perkembangan otak manusia, aspek nustrisi pada perkembangan otak manusia.
Penulis yakin bahwa modul ini perlu untuk jadi bahan bacaan bagi kita semua agar kita menjadi tahu bagaimana kerja dari otak dan makanan rohani apa yang harus kita berikan pada otak kita agar otak kita ini berfungsi sebagaimana yang di harapkan oleh penciptakan ( Allah).

KESAN PENULIS

Setelah membaca modul Next Generation Guru Modul Otak dan Pendidikan karya Dr. Tauhid penulis menjadi lebih mengetahui tentang kerja otak yang sebelumnya tidak begitu tahu sehingga untuk kedepannya mungkin akan jadi pertimbangan penulis bagaimana menutrisi otak yang kita miliki agar terus berfungsi sebagai mana mestinya.


PESAN PENULIS
Akhirnya penulis berpesan kepada semua pembaca agar terus mempunyai semangat belajar dengan cara meningkatkan semangat membaca sebagai jendela kearah tahu segala.
Tak lupa penulis berpesan kepada Dr. Tauhid, M. Kes ! mengapa bapak tidak memberikan argumentasi dengan ayat-ayat Al_Qur’an pada setiap teori-teori yang bapak berikan penulis menilai karya bapak ini sangat lah bagus dan tepat bila di kaji oleh para pendidik, namun akan lebih bagus lagi bila setiap teori yang bapak kemukakan di padukan dengan ayat-ayat dari Al Qur’an. Hal ini akan lebih nampak bahwa kita selaku umat manusia harus berpedoman terhadap firman Allah yang ada dalam Al Qur’an. Karena kita semua tahu bahwa semua ilmu yang ada di dunia ini adalah hasil dari klasifikasi dan spesialisasi dari ilmu Allah yakni Al Qur’an menurut sunnah Rasul Muhammad. Artinya semua ilmu yang ada di dunia ini asal nya dari Allah jadi kita semua tidak memiliki ilmu apapun tanpa adanya ilham dari Allah.






PENUTUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas bimbingan dan inayah-Nyalah penulis mampuh menyelesaikan kajian kritis ini.
Mudah-mudaan kajian kritis ini ada manfaatnya khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr Tauhid yang telah menyusun Next Generation Guru Modul Otak dan pendidikan karena dengam modul ini penulis bisa menyelesaikan kajiak kritik ini. Tak lupa penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah berani mengomentari karya bapak yang sudah begitu hebat .
Akhir kalam penulis ucapkan alhamdulillah hirabil’alamin mudah-mudahan Allah memberkati kita semua amiin .
SUKABUMI, 2009
PENULIS

TETI MARYATI

Selasa, 09 November 2010

Let's try learn english by enjoying poetry.......

Salah satu cara yang mungkin bisa dicoba dalam mendorong siswa untuk menyukai bahasa inggris adalah dengan memperkenalkan puisi (poem/poetry),pertanyaan yang mungkin timbul di benak kita diantaranya mungkin (seperti yang disuntingan bahan mata kuliah poetri )berikutini :
1.why use poetry to learn english?
First answer is; why not? poetry is special type of english, just as scientifict or newspaper english are also special-in different ways. It deserves study as much as they do,perhaps more since poetry is the type of the english wich touches our personal feelings most closely.And personal feelings as important in a foreign language as they are in our language.
Scound answer is; Poetry can also help us to assimilate the typical rhytms of a language.
The third answer is; poems are often very easy to remember. They stick in our mind without conscious effort. One reason for this is that they frequently repeat pattern of sound or word.
Finally the topics which poems talk about are in themselves interesting -and important. When we are learning a foreign language as an adult we need to have significant things to think and talk about .They give us something worthwile to discuss.
now,lets read and study an example of the poetry..

The Language Tree

Out of the language tree
The leaves float down
Whirling they criss and cross
Writing new pattern on the gound
Slowly coding this year's message

Below, the wadded strata
From past years
Distil and mature old meaning

And down among the roots
Half-forgotten,skeletal memories
Muted by the loam
Stir in their sleep
Mutter and moan

And way above, twig ends
Bud within bud, dream
Of meanings for next year
And the next, an the next

Every year the same tree
Roughly the same shape and size
and every year a subtel
Change of size and shape
a small surprise
a limited escape

(Alan Maley)


Disunting oleh: Eneng Juju Kartika,SE

Jumat, 30 Juli 2010

Kamis, 29 Juli 2010

Minggu, 16 Mei 2010

resume PTK

Nama : Ati Susilawati
SMP Daarul Falaah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/Classroom Action Research (CAR)
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
• Penelitian yaitu kegiatan mencermati suatu objek yang bermanfaat melalui metode ilmiah.
• Tindakan yaitu suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu melalui rangkaian siklus.
• Kelas yaitu sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru kelas bukan wujud “ruangan tempet guru mengajar.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh guru atau dosen.
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Berawal dari kerisauan kinerja guru.
2. Tujuan memperbaiki pembelajaran.
3. Self Reflective Inquiri (refleksi diri, agak longgar, tetapi sesuai kaidah penelitian)
4. Ingin mengetahui akibat dari tindakan/sesuatu yang dilakukan.
5. Fokus penelitian pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
6. Melakukan tindakan lanjutan sebagai akibat tindakan sebelumnya.
7. Otonomi menilai kinerja (mampu meneliti)
8. Situasional.
9. Kontekstual.
10. Kolaboratif dan partisipatif.
11. Self evaluation: evaluasi secara kontinu untuk perbaikan.
12. Fleksibel dan adaptif.
13. Memanfaatkan data pengamatan dari perilaku empiric.
14. Situasional spesifik (tidak digeneralisasi)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah karya tulis ilmiah (metode ilmiah/metode keilmuan) dengan ciri-ciri:
• Argumentasi teoritik (shahih dan relevan)
• Fakta empirik
• Analisis kajian (permasalahan)
Penemuan, penelitian (research), peningkatan, pengembangan (development) dan memperbaiki evaluasi (evaluation).


C. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pelaksanaan penelitian tindakan tidak mengganggu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
2. Metodologinya harus reliabel, artinya terencana dengan cermat sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji.
3. Permasalahannya harus menarik, nyata, tidak menyulitkan, dapat dipecahkan, berada dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan.
4. Pengumpulan data tidak menyita waktu terlalu banyak.
5. Memperhatihan etika penelitian dengan rambu-rambu yang berlaku umum.
6. Penelitiannya berkelanjutan (on going)
7. Dapat dilakukan sambil melaksanakan pembelajaran demi peningkatan pembelajaran.
8. Merupakan upaya memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
9. Suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.
10. Dapat dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan penyempurnaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
11. Dapat dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas lembaga.
D. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
E. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar tenaga kependidikan dapat memperbaiki mutu kinerja secara professional, yaitu dapat meningkatkan kompetensi dalam mengatasi masalah pembelajaran (memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa yang semakin mandiri).
F. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Model Kurt Lewin
1) Perencanaan (Planning),
2) Tindakan (Acting),
3) Pengamatan (Observing), dan
4) Refleksi (Reflecting).
b. Model Kemmis dan Mc.Taggart
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Kemmis dan Taggart)
1) Menyusun rancangan tindakan (Perencanaan),
2) Pelaksanaan tindakan,
3) Observasi/pengamatan,
4) Refleksi/pantulan
G. Objek/Sasaran/Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Masalah belajar siswa di sekolah.
b. Desain dan strategis pembelajaran di kelas.
c. Masalah kurikulum.
d. Alat bantu, media, dan sumber belajar.
e. Sistem assesment dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.
f. Unsur lingkungan.
g. Unsur pengelolaan.
h. Pengembangan pribadi peserta didik dan tenaga kependidikan.
H. Proposal (Usulan) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Proposal penelitian = desain (design) penelitian = usulan penelitian: rencana tertulis.
b. Masih merupakan rancangan atau ancar-ancar kegiatan penelitian yang bersifat tentatif.
c. Berisi sistematika rencana penelitian yang akan dilakukan.
d. Gambaran, “cermin” kualitas penelitian.
e. Jalan pikiran tertulis dan langkah-langkah rencana penelitian.


















CASE STUDY
Dalam dunia pendidikan ada dua jenis Case Study.
Jenis 1: Case Study sebagai jenis penelitian
Ciri khas utama: penelitian terinci tentang masalah tertentu untuk membantu pemahaman tentang masalah tersebut melalui ‘deskripsi tebal’ masalah dan konteksnya yang diteliti (Keith Tabor, 2006).
Jenis 2: Case Study sebagai alat pengembangan profesi guru
Ciri khas utama: pengkajian oleh pengajar tentang pengalaman pengajaran yang dialami dengan tujuan mengidentifikasi masalah untuk diperbaiki (J.Shulman, ….)
Perbedaan dan Karakteristik Case Study jenis 1 dan jenis 2
Jenis Penulis Tujuan Fokus Case Study Proses Penelitian
Jenis 1: Case Study sebagai jenis penelitian peneliti Memperluas pemahaman tentang fenomena tertentu Masalah yang dikaji oleh peneliti Mengikuti desain dan metodologi penelitian yang ketat
Jenis 2: Case Study sebagai alat pengembangan profesi guru peserta Guru peserta yang pengajarannya dikaji Mengenali dan memperbaiki masalah yang ditemukan Masalah yang merisaukan pikiran dan perasaan pengajar Proses mencakup narasi si pengajar tentang pengalaman, komentar dari pengamat dan lembar kerja siswa, yang direnungkan dan ungkapkan dalam refleksi guru peserta

Sifat Narasi Pengalaman Mengajar
Narasi Case Study adalah episode yang diingat, ditulis sebagai sebuah cerita, sebuah naratif. Hal ini harus sangat khusus, sangat bersifat lokal. Harus menyertakan unsur manusia: minat guru, aksi dan kesalahan, frustasi, dan kesenangan atau kekecewaan yang dirasakan pada akhir sesi. William Louden, “Case Study in Teacher Educational” (1995)
Petunjuk Untuk Penulisan Case Study
1. Case Study harus mendeskripsikan kejadian yang riil. Case Study bukan dongeng yang memperagakan perilaku atau hasil yang ideal. Penulis perlu jujur.
2. Ditulis dengan gaya informal dan alami sehingga mudah menarik rasa empati dari para pendengar untuk si penulis.
3. Narasi kegiatan pembelajaran perlu dibuat/ditulis lengkap sehingga pengalaman bisa dibayangkan oleh pembaca.
4. Sangat faktual dan kontekstual: nama siswa ada, kata riil dari siswa kalau diingat.
5. Perlu ada problematika yang didalamnya dibentangkan hal yang dirasakan oleh guru pengajar dan yang membuka interpretasi yang bervariasi pada saat diskusi tentang masalah inti, sehingga semua peserta tertarik untuk mengikutinya.
6. Perlu mencari tahu tentang masalah yang ada didalamnya dan mempertanyakan tentang solusi.
Lesson Study
1. Latar belakang lesson study ada dua macam yaitu:
• Pelatihan seringkali tidak berbasis pada masalah nyata yang timbul di dalam kelas.materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal, kadang-kadang pelatihan menggunakan literatur asing yang tidak dimengerti dan tanpa melakukan uji coba terlebih dahulu mengenai kondisi Indonesia.
• Hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau kalaupun diterapkan hanya sekali saja, dua kali selanjutnya kembali seperti semula yang disebabkan karena tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan.
2. Pengertian Lesson study
Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson study bukan suatu metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
3. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan lesson study ada tiga yaitu:
• Merencanakan (Plan)
• Melaksanakan (Do)
• Merefleksi (See)
4. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan refleksi lesson study
• Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa dengan maksud agar siswa berpartisipasi aktif dalam Kegiatan pembelajaran. Perencanaan dikerjakan bersama oleh beberapa guru atau guru dapat berkolaborasi dengan dosen suatu LPTK dan widyaiswara LPMP. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Selanjutnya guru bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran (lesson plan) dan media pembelajaran serta metode evaluasi. Kegiatan tersebut memerlukan beberapa kali mpertemuan agar lebih mantap dan terbentuk mutual learning (saling belajar).
• Tahap pelaksanaan (Do) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam rancangan pembelajaran yang bertujuan untuk menguji coba efektifitas pembelajaran yang telah dirancang selama pembelajaran berlangsung hanya difokuskan untuk mengamati efektifitas siswa yakni pada interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, dan siswa dengan lingkungan. Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Selama pengamatan berlangsung, observer boleh melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video kamera atau foto digital untuk kepentingan dokumentasi dan bahan study lebih lanjut.
• Pada tahapan refleksi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
 Fasilitator memperkenalkan peserta refleksi
 Fasilitator menyampaikan agenda Kegiatan refleksi dan mengajukan aturan-aturan diantaranya: selama diskusi hanya satu orang yang berbicara, peserta diskusi memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara, pada saat mengajukan pendapat harus disertai bukti-bukti pengamatan.
 Focus observasi yang diungkap adalah: kapan siswa mulai belajar, mulai bosan belajar, apa yang didapatkan siswa dari pembelajaran.
5. Sejarah lesson study
Lesson study berkembang di Jepang sejak tahun 1900-an. Lesson study merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Jepang Jugyeknkyu, yang berasal dari kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran. Lesson study yang sangat popular di Jepang adalah Lesson study yang diselenggarakan oleh suatu sekolah yang dikenal dengan konaikenshu yang berkembang sejak tahun 1960-an. Konaikenshu juga terbentuk dari dua kata yaitu konai yang berarti di sekolah, dan kenshu yang berarti pelatihan. Jadi, istilah konaikenshu berarti school-based in- servicetraining atau inservice education within the school atau in house workshop. Pada tahun 1970-an pemerintah merasakan manfaatnya dari konaikenshu dan sejak itu pemerintah Jepang mendorong sekolah-sekolah untuk melaksanakannya dalam meningkatkan keseriusan, intensitas, dan tanggung jawab guru selaku profesional. Hal itu kemudian meningkatkan mutu sekolah.
6. Lesson study dilakukan oleh semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah bersama kepala sekolah dan guru. dalam pelaksanaannya, lesson study dimungkinkan untuk melibatkan pihak luar misalnya dosen dan widyaiswara. Lesson study juga bisa dilaksanakan dengan berbasis MGMP (bidang studi). Dengan demikian Lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencakup satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten, atau lebih luas lagi.
7. Tindak lanjut dari kegiatan lesson study yaitu munculnya ide-ide pengembangan pendidikan yang inovatif, dengan demikian jika lesson study yang dilakukan benar-benar dipersiapkan dengan baik sehingga setiap guru merasa memperoleh pengetahuan yang sangat berharga. Maka disadari ataupun tidak, tindak lanjut dari kegiatan tersebut akan terjadi dengan sendirinya baik itu berlangsung pada tataran individu, kelompok,atau system tertentu.

artikel

Nama: Ati Susilawati
SMP Daarul Falaah

Peran Pembelajaran CTL dalam
Mengimplementasikan Pembelajaran Interaktif
Oleh : Dr. H. Endang Komara, M.Si
(Lektor Kepala dan Pembantu Ketua Bidang Akademik di STKIP Pasundan Cimahi)
(Sumber : Suara Daerah majalah pendidikan Jawa Barat –Bandung Nomor 420-April 2006)

A. Abstrak
Contextual teaching and learning (CTL) dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang berpandangan bahwa hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, karena belajar bukanlah sekedar mennghapal akan tetapi mengonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pembelajaran interaktif memiliki dua karakteristik yaitu pertama proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secar maksimal. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus.

B. Pendahuluan
Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut minimal ada tiga hal yang terkandung di dalamnya. Pertama, CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara metri yang dipelajari dengan situasi kehidupan yang nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL seperti yang dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya, M.Pd (2005:110), sebagai berikut:
1. Activtinging knowledge (pengaktifan pengetahuan)
2. Acquiring knowledge (memperoleh dan menambah pengetahuan baru)
3. Understanding knowledge (pemahaman pengatahuan)
4. Applying knowledge (mempraktekan pengetahuan dan pengalaman)
5. Reflecting knowledge (melakukan refleksi)
Pembelajaran interaktif memiliki dua karakteristik seperti dijelaskan oleh Dr. H. Syaiful Sagala,M.Pd.(2003:63) yaitu :
1. Proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.
2. Dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Pembelajaran interaktif menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 297) adalah Kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pemebelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi.
Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960) mengatakn bahwa : “ perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang akan menjelaskan efektif di kelas”. Selanjutnya menurut Bruner teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu preskriptif.
Hal ini menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan adalah orang terampil memecahkan masalah, mampu berinteraksi dengan lingkungannya dalam menguji hipotesis dan menarik generalisasi dengan benar. Jadi belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi “dibentuk dan dikonstruksi” oleh individu itu sendiri, sehingga siswa itu mampu mengembangkan intelektualnya.


Proses pembelajaran atau pengajaran (classroom teaching) menurut Dunkin dan Biddle (1974 : 38) berada pada empat variabel iteraksi yaitu :
1. Variable pertanda (pesage variables) berupa pendidik
2. Variable conteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah dan masyarkat
3. Variable proses ( process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik
4. Variable produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dunkin dan Biddle selanjutnya mengatakan proses pembelajaran akan berlangsunng dengan baik jika pandidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu:
1. Kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran
2. Kompetensi metodolgi pembelajaran.
Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang menngacu pada prinsip pedagogic, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru dan media teks buku belaka. Dirasakan perlu ada cara baru dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan atau materi ajar dalam pembelajaran baik dalam sistem yang mandiri maupun sistem yang terstruktur.
Menurut Knirk dan Gustafson (1986 : 15) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melaui tahap rancangan, pelaksanaan dan valuasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran. Selanjutnya Knirk dan Gustafson (1986 : 18) mengemukakan teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum. Komponen tersebut melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal.

C. Pembahasan
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akkan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan Stimulus dan Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman.
Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar delam konteks CTL menurut Sanjaya (2005: 114) antara lain :
a. Belajar bukanlah menghapal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pengetahuan yang mereka peroleh.
b. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif dalam berfikir.
c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan maslah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak mennghadapi persoalan.
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.
e. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak (Real World Learning).
Selanjutnya Sanjaya (2005: 115) memberikan penjelasan perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional, antara lain
1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
2) Dalam pembelajaran CTL siswa belajar melalui Kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima, dan member. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
3) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata yang riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah nilai dan angka.
6) Dalam CTL, tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa prilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan atau perlaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman, atau sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.
7) Dalam CTL, pengetahun yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. Oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan settting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh aspek perkembangan siswa,, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya diukur dari tes.
Berdasarkan perbedaan pokok tersebut di atas, saya membenarkan tentang kajian mengenai pembelajaran contextual teaching learning (CTL) tersebut sebagaimana pendapat menurut Paulo Freire (Sanjaya, 2005: 116-117) bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya. Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan, sehingga proses pembelajaran tidak ubahnnya sebagai proses pemaksaan kehendak, atau disebut system penindasan.

D. Kesimpulan
Pembelajaran CTL (Contextual teaching and learning) adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan dirasa manfaat dari materi yang akan disajikan motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat sebagimana ciri-ciri dari pembelajaran konvensional , dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

E. Saran
Demikianlah kajian kritis ini saya sampaikan dalam rangka pentingnya usaha guru menyikapi dan mengimplementasikan pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) di dalam Kegiatan belajar mengajar, semoga kajian kritis ini bermanfaat. Agar kedepan mutu pendidikan bisa lebih maju dan meningkat.

Ati

PTK

Senin, 26 April 2010

4. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
a. Perencanaan Pembelajaran

NO MATA PELAJARAN MATERI/KOMPETENSI SEMESTER TAHUN SKOR (Diisi Penilai)

1 Bahasa Inggris Mengungkapkan makna dalam teks lisan fungsional pendek sangat sederhana (misal: instruksi, daftar belanja, ucapan selamat, pengumuman, dll) secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat VII/1 2007
2 Bahasa Inggris Membaca nyaring makna kata, frase, dan kalimat dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima yang berkaitan dengan lingkungan terdekat VII/1 2008
3 Bahasa Inggris Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan inmterpersonal (bersosialisasi) sangat sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta dan memberi jasa, meminta dan membeli barang, serta meminta dan memberi fakta VII/2 2009
4 Bahasa Inggris Merespon makna yang terdapat dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan terdekat VII/1 2009
5 Bahasa Inggris Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat,lancar dan berterima untukberinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive/procedure VII/2 2010
RATA-RATA NILAI ………

Rabu, 21 April 2010

Rabu, 03 Maret 2010

Analisis Kritik Impresionistik

Nama : Murni Asfiani
Artikel : Kenali perkembangan Anak-anak
Oleh : Drs. Abdul Haris

Kenali perkembangan Anak-anak

Apabila seseorang hendak mengenal Tuhannya maka dia harus mengenal dirinya", demikian kata Umar bin Khattab. Ungkapan ini selaras dengan nasihat seorang filsuf Yunani kuno, Thales, "Temukan karakter belajar dirimu sendiri". Dua pernyataan tersebut mengukuhkan bahwa setiap orang memiliki kepribadian dan gaya belajar berbeda-beda. Adanya perbedaan gaya belajar setiap orang ternyata dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun.
Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah. Mengenali gaya belajar sendiri atau siswa belum tentu membuat diri kita atau para siswa menjadi lebih pandai. Akan tetapi, dengan
mengenali gaya belajar, kita akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif.
Penyelidikan ahli pendidikan antara lain Kelleher, McRae dan Young (1990),
Cattel, Gregorc, dan David Kolb dengan Kolb's Learning Style Invetory (KLSI) telah digunakan di dalam kajian Lim (1999) telah memperkuat hubungan antara personalitas dengan gaya belajar di kalangan pelajar sekolah menengah. Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan meskipun mendapat perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahanan, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang inilah yang kita kenal sebagai "Gaya Belajar". Belajar sendiri membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar Anda. Jika
mengenali gaya belajar para siswa, maka kita dapat mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana kita dapat memaksimalkan belajarnya.
*****************


Opini :
Anak merupakan investasi kita dimasa depan, banyak orang berpendapat bahwa anak yang hebat pasti ada peran besar dari orang tua yang hebat, terutama ibu. Dalam Cara belajar di pendidikan formal, banyak para siswa yang tidak selalu mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Maka peran orang tua lah yang sangat penting selain guru disekolah. Banyak di antara para siswa mengalami keterpaksaan, kejenuhan, dan kefrustasiandalam menjalaninya. Pengalaman belajar demikian jelas bukan hal yangmenyenangkan.Seseorang tidak akan mudah berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Pengalaman ini tentu memberikan citra yang buruk bagi pengembangan belajarnya di masa mendatang. Oleh karena itu, para guru dan orang tua seyogianya harus berikhtiar, bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau meski tetap terpaksa, tetapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
SmarterKids membuat tujuh kategori gaya belajar yang bisa diadaptasi dalam upaya membantu anak-anak belajar lebih efektif.
1. pendekatan belajar dengan sentuhan fisik. Pendekatan ini diperuntukkan bagi anak-anak umumnya senang selalu bergerak.
2. pendekatan intrapersonal yang tepat dilakukan pada anak yang umumnya lebih suka menyendiri dan mandiri, meski bukan berarti antisosial.
3. pendekatan interpesonal seperti berinteraksi, berkelompok, berdiskusi, bekerja dalam tim yang diperuntukkan bagi anak-anak atau orang yang umumnya sangat suka melakukan segala sesuatunya secara bersama.
4. pendekatan bahasa sangat cocok diterapkan pada orang-orang atau anak-anak yang memiliki kecenderungan ini sangat menyukai membaca buku, kata-katanya terpilih, dan sangat impresif dalam tulisannya.
5. pendekatan matematis, tepat diberikan kepada mereka yang memiliki kencederungan belajar secara matematis umumnya suka dengan permainan yang memerlukan perhitungan untuk memecahkannya, selalu menggunakan logika berpikir untuk menimbang segala sesuatunya, sangat senang bila belajar dengan menggunakan gambar atau pola, bermain dengan angka-angka, atau bentuk-bentuk garis tertentu, dan senang bereksperimen.
6. belajar dengan musik, tepat diberikan kepada anak-anak yang responsif, sensitif, suka musik, serta menyukai belajar dengan suasana riang.
7. pendekatan belajar visual. Anak-anak atau orang yang memiliki kesukaan terhadap tampilan visual, umumnya akan mudah memahami suatu innformasi bila itu ditampilkan secara visual dalam bentuk gambar atau tayangan.

Dari ketujuh pendekatan atau gaya tersebut, tentu tidak semuanya harus diperkenalkan pada anak-anak atau siswa. Artinya, setiap anak belum tentu menyukai semua pendekatan belajar di atas, meskipun mungkin mereka bisa menggunakan lebih dari satu pendekatan di atas. Tidak ada orang yang 100% berada dalam salah satu tipe belajar. Biasanya orang memiliki lebih dari satu tipe belajar, hanya memang satu tipelah yang paling dominan. Yang pasti, orangtua dan guru harus pandai-pandai mencermati apa yang senang dilakukan anak mereka agar tak salah dalam memperkenalkan gaya belajar yang tepat bagi anak-anak mereka. Kita sebagai orang tua serta guru yang mementingkan kecerdasan dan anak adalah investasi terbesar kita, maka kita harus tetap semangat.
***************

Senin, 22 Februari 2010

Kegiatan ke 2
PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan kegiatan KKG/MGMP Pemandu perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1) Memahami isi Paduan Belajar Generik 2.
2) Memahami isi penjelasan tentang: Identifikasi masalah dalam PTK.
3) Memahami rambu-rambu menganalisis bacaan secara kritis.
4) Menyiapkan tempat dan peralatan kegiatan (alat tulis, media presentasi, dsb).

Semua peserta menyiapkan:
1) Hasil observasi pembelajaran yang ditulis dalam bentuk Case Study,
2) Buku Kerja Guru,
3) Contoh artikel ilmiah dalam jurnal, artikel media masa, laporan penelitian, buku teks untuk latihan membaca kritis.

No Bahan Ajar dan Sumber Belajar Keterangan diperoleh
1. Contoh Case Study yang dibuat oleh masing-masing guru peserta Tugas Terstruktur Pembelajaran 1
2. Memahami Makna Bacaan dengan Teknik Membaca Secara Kritis oleh Saliman (UNY) dan Emalia IS (UM) Lampiran 1
3. Penelitian Pendidikan SD: Peran Guru sebagai Pengajar dan Pelaksana PTK (Unit 4, hal 1-45) Hylite PTK
4. Penelitian Tindakan Kelas oleh IGAK Wardani, 2007, Bab: Merancang penelitian tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka, hal 3.1 – 3.26 Sumber tambahan (bisa dicari di Toko Buku)
5. Penelitian Tindakan Kelas Bab/Sub Bab Mengidentifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas, oleh Herawati Susilo, dkk. 2008, Bayumedia – Malang, hal 31 – 47. Sumber tambahan (bisa diperoleh di Toko Buku atau di perpustakaan)


KEGIATAN BELAJAR:
Secara umum alur kegiatan belajar dalam KKG/MGMP (tatap muka dengan guru pemandu) yang akan dilakukan pada Pertemuan 2 dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1 berikut ini.

























Gambar 2.1 Alur Kegiatan Belajar Guru dalam KKG/MGMP pada Pertemuan 2
Penjelasan Alur Kegiatan:
Kegiatan 1: Pendahuluan (5-10 menit)
Pada awal kegiatan, Pemandu memberikan penjelasan tentang: topik yang akan dibahas, kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan belajar yang akan dilakukan
Kegiatan 2: Penjelasan dan diskusi identifikasi masalah
• Pada kegiatan ini, guru pemandu menjelaskan dan mendiskusikan dengan peserta tentang: bagaimana cara-cara mengidentifikasi masalah pembelajaran, cara memilih masalah pembelajaran yang akan di PTK-kan, cara menganalisis kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya, dan cara menulis kalimat rumusan masalah.
• Guru pemandu memulai penjelasan dengan mengemukakan pertanyaan sebagai berikut.




• Selanjutnya guru pemandu menjelaskan secara singkat tentang pengertian masalah dalam PTK. Pemandu dapat menggunakan informasi berikut ini.









• Berikutnya guru pemandu menanyakan kepada peserta:



• Guru Pemandu menjelaskan bahwa identifikasi masalah dapat dilakukan dengan cara merenungkan kembali atau melakukan refleksi terhadap kegiatan atau proses pembelajaran yang selama ini telah dilakukan oleh guru peserta. Refleksi dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan guru panduan di bawah ini?













Kegiatan 3: Latihan Mengidentifikasi Masalah (60 menit)
• Guru Pemandu meminta guru peserta membaca kembali Case Study yang telah dibuat dari hasil tugas terstruktur Kegiatan Belajar 1 (waktu 10 menit).
• Selanjutnya guru pemandu meminta salah satu peserta membacakan Case Study-nya, kemudian diulas bersama peserta yang lain. Kira-kira masalah pembelajaran apa saja yang ditemukan dari Case Study tersebut?
• Untuk membantu guru peserta dalam menemukan masalah yang dialami di kelas melalui Case Study yang telah disusun, masing-masing peserta diminta untuk menyimak isi Case Study-nya, kemudian menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini mencoba menemukan masalah pembelajaran.







• Setiap guru peserta diminta untuk membuat daftar tentang masalah pembelajaran yang terjadi di kelas masing-masing dengan menggunakan format seperti Tabel 2.3 di bawah ini.
• Setelah terkumpul beberapa masalah, setiap guru peserta diminta untuk memilih satu permasalahan pembelajaran yang menjadi prioritas untuk diperbaiki.
• Masalah terpilih tersebut kemudian dianalisis. Analisis masalah dapat dilakukan dengan cara refleksi diri terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mencari kemungkinan penyebab munculnya masalah. Untuk mempertajam hasil analisis, upayakan menemukan bukti-bukti atau dokumen yang terkait dengan masalah tersebut.
Tabel 2.3: Format untuk Identifikasi Masalah PTK
Daftar masalah pembelajaran yang muncul di kelas Masalah pembelajaran yang akan dipilih untuk diperbaiki atau diangkat sebagai PTK Analisis Masalah (Kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya)





• Analisis masalah diakhiri dengan upaya menemukan gagasan tentang cara memperbaiki masalah pembelajaran tersebut. Untuk itu, guru pemandu dapat memperhatikan rambu-rambu berikut.















• Guru pemandu dapat menambahkan informasi tentang analisis kelaikan atau kelayakan alternatif tindakan pemecahan masalah, dengan menggunakan informasi berikut.


















• Kegiatan ini dilanjutkan dengan meminta guru peserta merumuskan kalimat rumusan masalah. Jika guru peserta belum paham guru pemandu dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana cara merumuskan masalah dalam bentuk kalimat rumusan masalah yang baik. Penjelasan berikut dapat digunakan oleh guru pemandu.















• Hasil latihan menyusun kalimat rumusan masalah oleh setiap peserta diminta untuk dituliskan pada Tabel atau dituliskan di papan tulis, untuk dibahas besama.





• Tabel 2.4 berikut memberikan contoh hasil identifikasi masalah yang terjadi pada mata pelajaran IPA SMP (Biologi).


Tabel 2.4 Contoh Hasil Identifikasi Masalah
Masalah Pembelajaran yang muncul di kelas Masalah pembelajaran yang akan di perbaiki. Analisis Masalah Rumusan Masalah
1. Pada saat tanya jawab di awal pelajaran, siswa cenderung menghindari pertanyaan yang diajukan guru.
2. Siswa tidak berani bertanya.
3. Siswa tidak mengerjakan tugas.
4. Konsentrasi siswa dalam pembelajaran rendah.
5. Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru.
6. Hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam diskusi kelas. 4. Konsentrasi siswa dalam kegiatan pembelajaran rendah.
4.1 Siswa beranggapan biologi hanya hafalan.
4.2 Banyak istilah-istilah latin.
4.3 Guru hanya berceramah saja.
4.4 Hasil tes formatif di bawah 70.
Apakah penerapan metode kooperatif JIGSAW dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam pelajaran IPA (biologi) ?

Kegiatan 4: Diskusi Kelas Membahas Hasil Latihan Identifikasi Masalah
• Setelah kegiatan 3 selesai, hasil latihan yang dilakukan oleh setiap guru peserta dalam kelompok kecil atau secara individual yang telah dituliskan dalam tabel (format identifikasi masalah akan didiskusi bersama. Kegiatan diskusi kelas ini dipimpin oleh guru pemandu.
• Guru Pemandu meminta salah seorang peserta atau beberapa peserta secara bergantian membacakan hasil identifikasi masalah sampai rumusan kalimat masalah yang dibuatnya.
• Guru Pemandu bersama peserta membahas hasil kerja yang ditampilkan. Dalam diskusi usahakan tidak mengkritik hasil teman yang lain tetapi lebih banyak memberi masukan. Guru Pemandu harus dapat menjaga situasi agar semangat untuk saling belajar dapat tumbuh.
• Berdasarkan masukan dari seluruh peserta diskusi, setiap peserta diminta memperbaiki hasil kerjanya, sehingga diperoleh hasil akhir yang terbaik.

Kegiatan 5: Penjelasan dan Latihan Menganalisis Bacaan Secara Kritis
• Guru Pemandu menjelaskan tentang pentingnya membaca kritis untuk memperoleh pengetahuan/wawasan baru, konsep atau dasar-dasar teori untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Sebelum memberikan penjelasan tentang hal ini pemandu terlebih dahulu membaca artikel singkat tentang ” Memahami Makna Bacaan dengan Teknik Membaca Secara Kritis” yang ditulis oleh Saliman (UNY) dan Emalia IS (UM) sebagai modul suplemen Bahan Belajar Mandiri BERMUTU (Lampiran 1)
• Guru Pemandu memberi waktu kepada peserta untuk berlatih membaca secara kritis menggunakan bahan artikel yang dibawa oleh masing-masing peserta (15 menit)
• Guru Peserta diminta membuat ringkasan poin-poin isi bacaan yang penting, dan memberikan komentar atau penilaian terhadap isi bacaan.
• Mendiskusikan hasil membaca kritis dengan cara guru pemandu meminta salah satu guru peserta membacakan hasil analisis bacaannya, dan memintakan pendapat dari peserta yang lain. Demikian seterusnya, sampai semua atau beberapa peserta menyampaikan hasilnya.

Kegiatan 6: Refleksi Diri
• Setelah selesai kegiatan 5, setiap peserta diminta untuk menuliskan hasil refleksi diri pemahaman guru peserta tentang pengertian masalah, teknik identifikasi masalah, analisis masalah terpilih, dan cara menulis kalimat rumusan masalah pada buku kerja masing-masing.
• Menuliskan refleksi diri tentang tingkat pemahamannya sendiri terhadap topik-topik yang dipelajari, rencana aplikasi pengetahuan baru tersebut, dan upaya yang akan dilakukan menambah wawasannya.


Kegiatan 7: Penjelasan tugas terstruktur dan tugas mandiri
• Kegiatan pada pertemuan kedua ini diakhiri dengan pemberian penjelasan tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk setiap guru peserta.
Tugas terstruktur:
- Guru Peserta menyempurnakan rumusan identifikasi masalah sampai dengan menuliskan kalimat rumusan masalah secara tepat.
- Menganalisis kritis bacaan/artikel ilmiah yang lain.
Tugas mandiri:
- Setiap guru peserta diminta untuk membaca Sumber Belajar No: 3-5,
- Menuliskan ide-ide untuk penyusunan rencana tindakan.


F. PENILAIAN:
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG/MGMP dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai adalah:
1) Daftar masalah yang ditemukan pembelajaran.
2) Pemilihan masalah pembelajaran yang akan diangkat sebagai PTK dan telah dirumusan menjadi kalimat rumusan masalah.
3) Hasil analisis kritil artikel ilmiah.








KEGIATAN KE 3

C. PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan kegiatan KKG/MGMP guru pemandu perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
5) Memahami isi Paduan Belajar Generik 3.
6) Memahami isi penjelasan tentang: Rencana Tindakan dalam PTK.
7) Menyiapkan tempat dan peralatan kegiatan (alat tulis, media presentasi, dsb).
Semua guru peserta menyiapkan:
4) Draf rencana tindakan perbaikan pembelajaran berdasarkan masalah yang dipilihnya.
5) Buku Kerja Guru.

D. SUMBER BELAJAR
Sumber belajar yang dapat digunakan guru peserta dalam kegiatan belajar pertemuan ke-3 ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Daftar Bahan Ajar dan Sumber Belajar untuk Kegiatan Belajar Ke-3

No Bahan Ajar dan Sumber Belajar Keterangan diperoleh
6. Contoh ringkasan laporan PTK yang telah dianotasi Lampiran 1
7. Penelitian Pendidikan SD: Pengumpulan Data dalam PTK (Unit 8) Hylite PTK
8. Penelitian Pendidikan SD: Persiapan dan Pelaksanaan PTK (Unit 7, Sub Unit 2) Hylite PTK
9. Penelitian Tindakan Kelas: (Herawati Susilo, dkk. 2008, Bayumedia), Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Pengumpulan Data Penelitian-Bab 4. hal 75 – 95. Sumber tambahan (bisa diperoleh di Toko Buku atau diperpustakaan)















E. KEGIATAN BELAJAR
Secara umum alur kegiatan belajar dalam KKG/MGMP (tatap muka dengan guru pemandu) yang akan dilakukan pada Pertemuan 3 dapat dilihat seperti pada Gambar 3.1 berikut ini.























Gambar 3.1 Alur Kegiatan Belajar Guru dalam KKG/MGMP pada Pertemuan 3

Penjelasan Alur Kegiatan:
Kegiatan 1: PENDAHULUAN
Setelah dibuka, guru pemandu menjelaskan secara ringkas tentang topik yang akan dibahas, kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan belajar yang akan dilakukan.

Kegiatan 2: MEMAHAMI PENGERTIAN RENCANA TINDAKAN
• Kegiatan memahami pengertian rencana tindakan akan diawali dengan pengantar singkat tentang perencanaan tindakan dalam PTK dengan menggunakan penjelasan bahan ajar berikut ini.





























• Guru Pemandu membagikan contoh ringkasan laporan PTK (lampiran 1). Selanjutnya para peserta diminta untuk mempelajari contoh laporan PTK, khususnya mulai dari bagian latar belakang sampai dengan prosedur penelitian (identifikasi masalah dan perencanaan tindakan) (waktu 15 menit).











• Guru Peserta diminta mencermati, adakah kesesuaian antara rumusan masalah yang ada dalam laporan dengan alternatif pemecahan masalah yang dipilih atau rencana tindakan perbaikan pembelajaran yang ada dalam laporan?
• Selanjutnya masing-masing guru peserta diminta mengidentifikasi langkah-langkah perencanaan tindakan dan perangkat/instrumen yang disusun oleh peneliti. Hasilnya dituliskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.3: Rumusan Masalah dan Rencana Tindakan Hasil Identifikasi dari Laporan PTK
Bagian Hasil (diuraikan) Catatan Guru Peserta (pendapat guru tentang kesesuaian)
Rumusan Masalah:

Rencana Tindakan:

1.
2.
3.

• Selanjutnya guru pemandu mengajak guru peserta untuk mendiskusikan atau memperjelas langkah-langkah rencana tindakan perbaikan pembelajaran tersebut.

Kegiatan 3: MENYUSUN RENCANA TINDAKAN PERBAIKAN
• Berdasarkan pengalaman mengidentifkasi langkah-langkah rencana tindakan dari contoh PTK tersebut, guru pemandu mengajak peserta untuk menyusun rencana tindakan untuk rumusan masalah yang telah ditetapkannya oleh masing-masing peserta.
• Apa saja yang harus dilakukan guru peserta dalam menyusun rencana tindakan, perhatikan rambu-rambu di bawah ini:












• Pada sesi ini guru peserta hanya diminta menyusun draf skenario pembelajaran dengan menerapkan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran tertentu yang sesuai untuk memecahkan masalah atau dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Sedangkan perangkat pembelajaran lainnya, seperti LKS, media, penilaian, dapat dilanjutkan di rumah sebagai tugas terstruktur.
• Di akhir sesi Kegiatan 3, guru pemandu meminta salah satu peserta untuk mempresentasikan rencana tindakan yang telah disusunnya. Pada presentasi, peserta guru penyaji menyampaikan hal-hal berikut:
1) kalimat rumusan masalah
2) menyampaikan topik yang akan dibelajarkan dan langkah-langkah pembelajarannya.
• Guru-guru peserta lainnya memberikan komentar atau masukan.

Kegiatan 4: MENETAPKAN INSTRUMEN UNTUK PENGAMBILAN DATA
• Guru pemandu menyampaikan pertanyaan pancingan agar guru peserta berpikir mengenai instrumen untuk pengambilan data.













• Guru Pemandu memberikan penjelasan singkat tentang instrumen dalam PTK, dengan menggunakan penjelasan berikut ini.







































• Selanjutnya guru pemandu meminta para peserta menetapkan jenis instrumen yang sesuai permasalahan penelitian yang dipilih oleh setiap guru peserta. Instrumen yang dipilih tentunya sesuai jenis data yang akan dibutuhkan (deskriptif kualitatif atau kuantitatif). Hasil penetapan instrumen dimasukkan dalam Tabel 3.4 berikut ini.


Tabel 3.4: Jenis Data dan Instrumen

Rumusan masalah PTK:
___________________________________________________________________

Data Instrumen Catatan








• Berikut contoh hasil penetapan jenis instrumen sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Tabel 3.5: Contoh Jenis Data dan Instrumen
Rumusan masalah:
Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas VIII-A SMPN 1 Gempol dalam mempelajari konsep Sistem Ekskresi Tubuh Manusia?

Data Instrumen Catatan
Keterlaksanaan sknario pembelajaran,
aktivitas kerja kelompok, kemampuan bertanya. Pedoman observasi Indikator atau item-item dalam instrumen disesuaikan dengan keperluan
Hasil belajar kognitif (pemahaman konsep/materi ajar) Tes (tes tulis objektif atau esai).
Isi disesuaikan dengan materi ajar
Kepuasan siswa terhadap pelayanan guru dalam pembelajaran Kuesioner (dengan berbagai jenis skala) Indikator disesuaikan dengan aspek yang akan dideskripsikan

• Kegiatan selanjutnya adalah setiap guru peserta menyusun instrumen sesuai dengan rumusan masalah yang dipilih dan jenis data yang diharapkan. Khusus untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan juga langkah pembelajaran yang dibuat guru peserta, telah disusun ”Lembar Observasi Pembelajaran” yang diadopsi dari kegiatan Lesson Study Program SISTTEMS JICA, dan juga dari program-program yang lain.
• Jika tidak cukup waktu penyusunan instrumen dapat dilanjutkan di rumah masing-masing (tugas terstruktur).
Kegiatan 5: REFLEKSI DIRI

a. Guru Pemandu bersama semua guru peserta yang lain menuliskan refleksi diri berkaitan dengan pemahaman mengenai materi belajar hari ini, yakni Perencanakan Tindakan dan Instrumen PTK.
b. Hasil refleksi dituangkan dalam buku kerja (portofolio) masing-masing guru peserta.

Kegiatan 6: PENJELASAN TUGAS:
Terstruktur:
1) Menyempurnakan skenario dan perangkat pembelajaran.
2) Menyusun instrumen untuk pengambilan data.
3) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan di kelasnya.

Mandiri:
Membaca buku-buku yang dirujuk dalam Daftar Sumber Belajar no. 2, 3 dan 4.




F. PENILAIAN:
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG/MGMP dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa Rencana Tindakan PTK yang berupa:
a. Skenario pembelajaran yang mencerminkan rencana tindakan.
b. Perangkat pembelajaran lain yang menyertai seperti: LKS, Instrumen Evaluasi, Rancangan Media pembelajaran, dll.
c. Instrumen untuk pengambilan data penelitian.


KEGIATAN KE 4

PERSIAPAN
Sebelum melaksanakan kegiatan KKG/MGMP Guru pemandu perlu mempersiapkan hal-hal berikut.
1) Memahami isi Bahan Belajar Mandiri Generik 4
2) Contoh laporan PTK: Bagian Pelaksanaan Tindakan (lihat sumber belajar)
3) Lembar observasi pembelajaran
4) Rambu-rambu Observasi dan Refleksi
5) Menyiapkan tempat dan peralatan kegiatan (alat tulis, media presentasi, dsb)
6) Menyiapkan Buku Kerja Guru (Portofolio)

Guru peserta mempersiapkan:
6) Draf skenario, perangkat pembelajaran, dan instrumen untuk pengambilan data yang telah diselesaikan sebagai tugas terstruktur pada pertemuan sebelumnya.
7) Buku Kerja Guru


D. SUMBER BELAJAR
Sumber belajar dan bahan ajar yang dapat digunakan guru peserta dalam kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Daftar Bahan Ajar dan Sumber Belajar untuk Kegiatan Belajar Ke-4
No Bahan Ajar dan Sumber Belajar Keterangan diperoleh
10. Contoh ringkasan laporan PTK yang telah dianotasi (ditambahkan catatan) Ada pada Bahan Belajar Mandiri Generik 3
11. Lembar Observasi Pembelajaran Lampiran 1
12. Rambu-rambu Observasi dan Refleksi dalam Lesson Study Lampiran 2
13. Penelitian Pendidikan SD: Persiapan dan Pelaksanaan PTK (Unit 7, Sub Unit 2) Hylite PTK
14. Penelitian Pendidikan SD: Analisis Data (Unit 9) Hylite PTK







E. KEGIATAN KELOMPOK
Secara umum alur kegiatan belajar dalam KKG/MGMP (tatap muka dengan guru pemandu) yang akan dilakukan pada Pertemuan 4 dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1 berikut ini.


























Gambar 4.1 Alur Kegiatan Belajar Guru dalam KKG/MGMP pada Pertemuan 4
Penjelasan Alur Kegiatan:

Kegiatan 1: PENDAHULUAN
• Kegiatan belajar pada Pertemuan ke-4 ini sedikit berbeda dengan pada 3 pertemuan sebelumnya. Fokus kegiatan adalah “open class” yang dilaksanakan di sekolah guru yang dipilih sebagai guru model. Guru model akan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun.
• Setelah pertemuan dibuka, guru pemandu menjelaskan secara ringkas tentang topik yang akan dibahas, kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan belajar yang akan dilakukan.

Kegiatan 2: PERSIAPAN PRAKTIK PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN
• Pada tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran, sebagai tahap pelaksanaan tindakan, pemandu dan guru model menjelaskan tentang beberapa hal yang terkait dengan penggunaan istilah open class dan guru model, skenario pembelajaran, penggunaan lembar observasi, instrumen, dan rambu-rambu observasi.
• Guru Pemandu mengingatkan peserta akan tugas membaca Sumber Belajar (Hylite PTK) Unit 7, Sub Unit 2: Persiapan dan Pelaksanaan PTK. Apakah ada hal-hal yang perlu ditanyakan atau diklarifikasi.
• Setelah itu, Guru pemandu perlu mengingatkan kembali tentang dua istilah yang perlu diketahui dan dipahami oleh guru peserta, yakni open class dan guru model.













• Pemandu mempersilahkan guru model untuk menjelaskan tentang skenario pembelajaran yang akan dijalankan dalam open class serta penggunaan instrumen-instrumen untuk observasi (5-10 menit). Hal ini penting agar observer dapat mengikuti alur pembelajaran dengan baik. Selain itu guru model juga menjelaskan tentang penggunaan instrumen untuk pengumpulan data yang telah dipilih, termasuk lembar observasi (Lampiran 2).
• Sedapat mungkin guru peserta dapat memperoleh foto kopi RPP dan perangkat yang lainnya (LKS, instrumen penilaian proses dan hasil belajar, dan lembar observasi). Guru Peserta dapat meminta penjelasan jika masih ada yang belum dipahami.
• Guru model diharapkan telah memilih kelas dan mempersiapkannya untuk kegiatan open class. Persiapan yang dimaksud meliputi pengelolaan kelas, misalnya menyangkut pengaturan tempat duduk dengan disertai denah yang berisikan posisi dan nama siswa. Hal ini akan memudahkan bagi pengamat untuk mengidentifikasi nama-nama siswa yang menjadi fokus pengamatannya.
• Penting disampaikan oleh guru model kepada siswa, bahwa dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan nanti akan ada beberapa guru pengamat. Disarankan kepada siswa agar mereka tidak perlu takut, grogi, atau berbuat yang aneh-aneh. Mereka harus belajar sebagaimana biasa. Jika ada kesulitan dalam belajar tidak perlu ditanyakan kepada pengamat, tetapi langsung pada guru yang mengajar.
• Sebelum pembelajaran dimulai, sebaiknya guru model menjelaskan terlebih dahulu skenario pembelajaran yang akan di-open class-kan.
• Selanjutnya, sebelum pembelajaran dimulai pemandu membacakan atau menjelaskan”Rambu-rambu Observasi” (Lampiran 3). Hal ini dilakukan agar guru peserta dapat mengikuti kegiatan observasi pembelajaran secara tertib dan memperoleh data secara akurat.







Kegiatan 3: PRAKTIK PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN
• Sebagaimana pembelajaran reguler yang biasa dilakukan, pada saat melaksanakan tindakan guru juga melakukan kegiatan belajar mengajar sebagaimana biasa, hanya dalam kesempatan ini diikuti oleh beberapa guru pengamat. Guru model diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana tindakan untuk perbaikan pembelajaran. Namun bukan berarti guru peserta harus secara ”kaku” melaksanakan langkah-langkah pembelajaran. Guru peserta dapat melakukan modifikasi yang dianggap sangat perlu untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran.
• Selama pelaksanaan pembelajaran, para pengamat melakukan tugasnya untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan istrumen yang telah ditentukan. Pada observasi ini fokus pengamatan sudah dituangkan dalam lembar observasi. Namun diharapkan pengamat dapat membuat catatan anekdotal sebagai tambahan data yang dianggap perlu.
• Para pengamat diharapkan mematuhi rambu-rambu sebagai observer yang baik, antara lain dengan tidak mengganggu pelaksanaan pembelajaran, seperti mengintervensi guru peserta atau siswa.
• Jika diperlukan, setelah pembelajaran berakhir pengamat kembali ke ruang pertemuan KKG/MGMP, namun jika masih ada yang ingin melengkapi data tentang siswa dipersilahkan untuk melakukan wawancara kecil dengan beberapa siswa untuk mengklarifikasi beberapa hal yang dibutuhkan. Jika dianggap perlu, guru model memberikan angket singkat untuk diisi oleh siswa jika diperlukan.

Kegiatan 4: PENGUMPULAN DATA BERDASARKAN HASIL OBSERVASI DAN DISKUSI REFLEKSI
• Setelah selesai pelaksanaan tindakan atau pembelajaran beserta observasinya, para pengamat dan guru model bersama pemandu kembali ke ruang pertemuan untuk melakukan diskusi refleksi.
• Sebelum diskusi refleksi dimulai, pengamat dipersilakan untuk melengkapi catatan hasil observasinya. Untuk dapat melakukan diskusi refleksi yang berguna dan efisien perlu dipatuhi beberapa rambu-rambu yang ada dalam ”Panduan observasi pembelajaran dan diskusi refleksi setelah observasi pembelajaran (Lampiran 3).
• Diskusi refleksi di akhir pelaksanaan pembelajaran atau open class sangat penting bagi guru model dan juga bagi pengamat. Pada forum diskusi para pengamat akan mendapat klarifikasi dari guru model tentang berbagai hal yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran, yakni pada saat guru model menyampaikan refleksi diri. Sementara guru model akan mendapatkan berbagai komentar, masukan, dan data-data yang diungkapkan oleh observer.
• Data-data dan komentar yang diungkapkan oleh pengamat dalam diskusi refleksi akan melengkapi data atau informasi bagi guru model utamanya yang terkait dengan keterlaksanaan rencana tindakan dan efektivitas pembelajaran. Artinya dengan diskusi refleksi guru akan dapat melengkapi dan sekaligus memverifikasi datanya.
• Pada akhir diskusi refleksi guru model dapat menyampaikan tanggapan atau klarifikasi kepada semua pengamat tentang komentar yang telah diberikan, dan tentunya juga ucapan terima kasih atas bantuan observasi dan masukannya.
• Setelah itu guru model yang melaksanakan tindakan tersebut harus segera mengkompilasi dan merangkum data-data yang diperolehnya untuk keperluan analisis, interpretasi dan refleksi.

Kegiatan 5: DISKUSI TENTANG RENCANA TINDAKAN YANG DISUSUN OLEH SETIAP PESERTA
• Guru Pemandu meminta agar para guru peserta melakukan diskusi dalam kelompok kecil atau secara berpasangan tentang rencana tindakan atau skenario pembelajaran dari masing-masing peserta yang dilaksanakan minggu berikutnya.
• Guru Pemandu memfasilitasi diskusi kelompok kecil dengan berkeliling untuk mengecek apakah ada peserta yang perlu dibantu atau ada hal-hal yang perlu dijelaskan.

Kegiatan 6: REFLEKSI DIRI
• Sebagaimana biasa, di akhir kegiatan setiap peserta menuliskan hasil refleksi diri tentang pengalaman melaksanakan rencana tindakan, observasi pembelajaran, diskusi refleksi, dan pengumpulan data dalam buku kerja.


Kegiatan 7: TUGAS:
Terstruktur:
- Setiap peserta ditugaskan untuk menerapkan skenario pembelajaran di kelasnya dan diobservasi oleh satu orang teman (pasangan), dengan menggunakan lembar observasi. Jika memungkinkan dapat juga melibatkan observer yang berasal dari guru-guru peserta lain, bahkan kepala sekolah.
- Hasil observasi dituangkan dalam lembar observasi atau disusun dalam Case Study, sebagai bahan pertemuan berikutnya.

Mandiri:
- Membaca buku-buku yang dirujuk dalam sumber belajar, khususnya tentang pelaksanaan PTK (Sumber Belajar No.4).
- Membaca materi tentang analisis data dari Sumber Belajar (Hylite PTK, Unit 9) untuk persiapan pertemuan berikutnya.











F. PENILAIAN:
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG/MGMP dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa Rencana Tindakan PTK yang berupa hasil pelaksanaan tindakan yang berupa:
d. Lembar observasi pembelajaran yang telah diisi berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran sebagai pelaksanaan tindakan (bisa dalam bentuk open class).
e. Data lain yang dihasilkan dari pelaksanaan tindakan.
f. Case study berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan (pembelajaran di kelas).
g. Catatan hasil diskusi refleksi setelah “open class” (jika pelaksanaan tindakan dilakukan dalam bentuk open class)


KEGIATAN KE 5

PERSIAPAN:
Sebelum pelaksanaan kegiatan KKG/MGMP Guru pemandu perlu mempersiapkan hal-hal berikut.
1) Memahami isi Paduan Kegiatan Belajar 5
2) Memahami konsep analisis dan interpretasi data yang ada dalam Bahan Belajar Mandiri, atau menambah pemahamannya dengan membaca buku sumber yang sesuai.
3) Menyiapkan tempat dan peralatan kegiatan (alat tulis, media presentasi, dsb)
4) Buku Kerja Guru

D. SUMBER BELAJAR
Sumber belajar dan bahan ajar yang dapat digunakan guru peserta dalam kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2 Daftar Bahan Ajar dan Sumber Belajar untuk Kegiatan Belajar Ke-5
No Bahan Ajar dan Sumber Belajar Keterangan diperoleh
1. Contoh ringkasan laporan PTK yang telah dianotasi Ada pada Bahan Belajar Mandiri Generik 3
2. Lembar Observasi Pembelajaran Lampiran 1 pada Bahan Belajar Mandiri Generik 4
3. Rambu-rambu Observasi dan Refleksi dalam Lesson Study Lampiran 2 pada Bahan Belajar Mandiri Generik 4
4. Penelitian Pendidikan SD: Persiapan dan Pelaksanaan PTK (Unit 7, Sub Unit 2) Hylite PTK
5. Penelitian Pendidikan SD: Analisis Data (Unit 9) Hylite PTK
6. Penelitian Tindakan Kelas oleh IGAK Wardani dkk. (2007), Jakarta: Universitas Terbuka. Bagian: Analisis, penyajian, dan interpretasi data, hal 5.3 – 3.24 Sumber tambahan (bisa diperoleh di perpustakaan atau di Toko Buku)
• Penelitian Tindakan Kelas oleh Herawati Susilo, dkk. (2008), Malang: Bayumedia Pub. Bagian: Mengidentifikasi masalah penelitian tindakan kelas. hal 97 – 114. Sumber tambahan (bisa diperoleh di perpustakaan atau di Toko Buku)










E. KEGIATAN BELAJAR
Secara umum alur kegiatan belajar dalam KKG/MGMP (tatap muka dengan pemandu) pada pertemuan ke-5 adalah sebagai berikut.






























Penjelasan Alur Kegiatan:
Kegiatan 1: Pendahuluan (10 menit)
• Pada awal kegiatan, guru pemandu memberikan penjelasan tentang: topik yang akan dibahas, kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.

Kegiatan 2: Penjelasan dan Tanya Jawab tentang Pengertian Analisis Data
• Setelah menjelaskan tujuan pertemuan, guru pemandu menjelaskan dan mengajak diskusi guru peserta tentang jenis-jenis data yang akan diperoleh dari pelaksanaan rencana tindakan dan observasi. Untuk memulai diskusi guru pemandu menjelaskan apa yang dimaksud dengan data kualitatif dan data kuantitatif dengan menggunakan bahan ajar berikut ini.




















• Guru Pemandu memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami dengan tentang jenis data kualitatif dan kuantitatif.
Kegiatan 3: Memahami Tekni Analisis Data
DATA KUALITATIF
1. Sebelum melakukan latihan analisis data, pemandu menjelaskan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif, menggunakan penjelasan atau bahan ajar berikut ini.





























• Setelah memahami teknik analisis tersebut guru peserta diminta mencermati dan memahami contoh dalam Tabel 5.3 di bawah ini.
• Guru Pemandu memberi kesempatan kepada guru peserta untuk menyampaikan pertanyaan jika ada yang belum dipahami.





Tabel 5.3 Contoh Hasil Refleksi dan Analisis Data

Tujuan Perbaikan Refleksi diri guru Komentar Pengamat 1 Komentar Pengamat 2 Pola atau esensi yang diperoleh
1. Kegiatan awal yang dilakukan guru peserta dapat memotivasi siswa.
Setelah saya membaca naskah Case Study saya tentang pembelajaran asam, basa, dan garam berulang-ulang , saya merasa masih belum optimal terutama pada saat penggalian pengetahuan awal siswa, yaitu mengenai sifat bahan. Saya merasa agak memaksakan siswa untuk mengerti dan siap untuk belajar konsep
asam, basa, dan garam sehingga siswa kurang termotivasi. Pada saat guru peserta mengajukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan:
“ Coba sebutkan bahan apa saja yang ada di rumah yang berwujud cair dan larutan?”
Ada 3 siswa dalam kelompok yang saya amati, tidak paham dengan istilah bahan, dia hanya diam saja.
Sebaiknya, guru peserta mengingatkan arti bahan dan zat pada kegiatan apersepsi Pada saat guru peserta mengajukan pertanyaan untuk mengali pengetahuan prasyarat siswa, hanya 3 orang yang memberi respon, yang lain diam saja.
Mungkin pertanyaan apersepsi harus diubah:
Coba sebutkan zat-zat cair yang ada di rumahmu!
Kalau garam dimasukkan ke dalam air disebut apa? Sifatnya bagaimana?
Tampaknya siswa tidak paham dengan istilah bahan. Kegiatan awal kurang dapat memotivasi siswa.
Istilah bahan pada pertanyaan apersepsi, masih membingungkan siswa.
2. Kegiatan awal dapat meningkatkan respons siswa. Respon siswa untuk menjawab pertanyaan apersepsi dan motivasi tidak terlalu banyak
(10 orang dari 40 siswa) sebab guru tidak memberikan pertanyaan untuk semua anak. Jawaban siswa:
3 orang siswa dalam kelompok yang saya amati menjawab:
Zat cair dapat mengalir, menempati wadah, ada yang berwarna dan ada juga tidak berwarna

Jawaban siswa hanya pada sifat fisis dari zat cair.

Guru tidak mengejar jawaban siswa untuk menyebutkan sifat lainnya Kegiatan awal kurang mampu meningkatkan respon siswa. Guru kurang dapat menggunakan teknik bertanya yang baik.
Guru belum menggunakan pertanyaan penggali.

DATA KUANTITATIF
• Sebelum berlatih melakukan analisis data kuantitatif, pemandu menjelaskan bahan ajar berikut ini.

























• Selanjutnya, guru peserta diajak memahami cara menganalisis data kuantitatif, dengan mengikuti langkah-langkah seperti di bawah ini. Data kuantitatif yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan biasanya masih berupa data yang terserak (belum teratur) sehingga masih sulit untuk dibaca.

Contoh: skor hasil tes akhir semester matematika 40 siswa:
65 72 67 82 72 91 67 73 71 70
85 87 68 86 83 90 74 89 75 61
65 76 71 65 91 79 75 69 66 85
95 74 73 68 86 90 70 71 88 68

• Agar mudah dibaca maka data tersebut perlu ditata, misalnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Caranya adalah sebagai berikut.
1) Tentukan rentang skor yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah. Jadi rentang skor = 95 – 61 = 34.
2) Tentukan banyak kelas yang akan digunakan. Untuk menghitung banyak kelas. Gunakan aturan Sturges dengan rumus:

Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n, dimana k adalah banyak kelas yang akan dibuat dan n adalah banyak data.

Untuk data tersebut, maka banyak kelas yang akan dibuat adalah:
k = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 x 1,6021
= 6,2869
Banyak kelas yang harus dibuat dapat 6 atau 7.

3) Hitung panjang kelas interval dengan rumus:
rentang
Panjang kelas (p) = -----------------
banyak kelas
34
p = -------- = 4,86 , dibulatkan jadi 5
7
4) Tentukan data untuk ujung bawah kelas interval pertama. Data untuk ujung bawah kelas interval pertama dapat diambil dari skor terkecil dari data yang diperoleh atau dapat diambil dari skor yang lebih kecil dari skor terkecil dengan syarat bahwa skor terbesar harus masuk dalam kelas interval terakhir yang akan dibuat.
5) Masukkan semua skor ke dalam kelas interval yang terbentuk.
6) Hasil tabel frekuensi distribusi data hasil tes matematika tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 5.4. Contoh Destribusi Hasil Tes Akhir Semester Matematika SD Teladan Medan Tahun 2008
Skor matematika Tally Banyak siswa
61 – 65
66 – 70
71 – 75
76 – 80
81 – 85
86 – 90
91 - 95 ////
///// ////
///// ///// /
//
////
///// //
/// 4
9
11
2
4
7
3
Jumlah 40


• Jika menghendaki, dapat menggambar data dalam tabel tersebut ke dalam bentuk diagram batang. Caranya, dibuat dulu dua sumbu, yaitu sumbu datar dan sumbu tegak. Sumbu datar memuat bilangan-bilangan yang merupakan titik tengah dari setiap kelas interval, sedangkan sumbu tegaknya memuat frekuensi dari setiap kelas interval. Dari data tersebut, dapat digambarkan grafik batang sebagai berikut.














Grafik 1. Hasil Tes Akhir Semester Matematika SD Teladan Medan Tahun 2008

• Analisis data kuantitatif dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dapat dilakukan dengan memanfaatkan statistika sederhana seperti menghitung rata-rata (mean) dan menghitung persentase. Menghitung skor rata-rata dapat dengan mudah dilakukan yaitu dengan cara menjumlahkan semua data kemudian dibagi dengan banyaknya data.

Dengan menggunakan cara tersebut maka:
Skor rata-rata tes akhir semester matematika =
65 + 72 + 67 + .... + 68
------------------------------- = 76,25
40

• Jika data sudah berbentuk tabel frekuensi distribusi seperti pada tabel 5.4 maka dapat menghitung nilai rata-ratanya dengan terlebih dulu mencari nilai tengah untuk setiap kelas interval. Kemudian kalikan setiap nilai tengah dengan frekuensi di kelas interval masing-masing. Jumlahkan perkalian antara nilai tengah dengan frekuensi untuk setiap kelas interval kemudian dibagi dengan jumlah data.
Untuk mempermudah hitungan maka data pada Tabel 5.4 tersebut dapat diubah seperti berikut ini.

Tabel 5:5 Rentang sekor, Nilai Tengah, dan Frekuensi Hasil Tes Matematika SD Teladan Medan Tahun 2008

Skor matematika Nilai Tengah Banyak siswa
61 – 65
66 – 70
71 – 75
76 – 80
81 – 85
86 – 90
91 - 95 63
68
73
78
83
88
93 4
9
11
2
4
7
3
Jumlah 40

4x63 + 9x68 + 11x73 + 2x78 + 4x83 + 7x88 + 3x93
Nilai rata-ratanya = ---------------------------------------------------------------
40
252 + 612 + 803 + 156 + 332 + 616 + 279
= -----------------------------------------------------
40
= 76,25

Dengan menyajikan data kuantitatif dalam bentuk tabel atau grafik, dapat dengan mudah mendeskripsikan data yang diperoleh. Misal, dari data pada tabel 5.4, dapat dengan mudah menghitung persentase siswa yang memperoleh skor antara 71 – 77 yaitu:
11
= ----- x 100 % = 27,5 %.
40

• Selanjutnya Guru Pemandu menjelaskan pengertian dan teknik interpretasi data dengan menggunakan bahan ajar berikut ini.




































• Berdasarkan hasil contoh analisis data kuantitatif tersebut maka dapat dibuat interpretasi sebagai berikut.
1) Jika guru menetapkan ketuntasan belajar ≥ 71% maka jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 27 orang atau 68% siswa. Sebaliknya 32% siswa tidak tuntas belajar.
2) Jika dilihat dari nilai rata-rata kelas (76,25), maka nilai siswa secara klasikal tersebut ketuntasan belajar.
3) Dst.

Kegiatan 4: Berlatih Menganalisis dan Menginterpretasi Data
• Sebelum memulai melakukan analisis data masing-masing, peserta diminta mempelajari analisis dan interpretasi data yang ada pada contoh laporan PTK (Lampiran 1 Bahan Belajar Mandiri Generik 3)
• Setelah peserta memahami tentang jenis-jenis data, peserta kegiatan diminta untuk mengelompokkan data yang diperoleh pada saat ”open class”atau yang diperoleh dari pelaksanaan pelaksanaan tindakan/pembelajaran di kelas masing-masing dengan menggunakan format berikut.



Tabel 5.6: Format untuk Pengelompokkan Jenis data
Data yang diperoleh Jenis Data
Kualitatif Kuantitatif
1)
2)
3)


• Selanjutnya peserta diajak berlatih menganalisis data kualitatif dengan menggunakan data hasil open class bersama atau menggunakan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan di kelas masing-masing. Gunakan tabel berikut untuk memudahkan kerja.

Tabel 5.7: Format untuk Berlatih Analisis Data Kaulitatif
Tujuan Perbaikan pembelajaran Data yang diperoleh Deskripsi Kesimpulan








• Setelah peserta berlatih analisis data kuantitatif dengan contoh tersebut, peserta berlatih menganalisis data dari hasil open class atau pelaksanaan tindakan di kelas masing-masing. Kerja latihan analisis dilakukan secara berkelompok atau berpasangan.
• Jika data yang diperoleh dari open class hanya berupa data kualitatif maka setiap kelompok diberi tugas untuk membahas data yang sama. Tetapi, jika data yang diperoleh dari open class berupa data kualitatif dan kuantitatif maka jumlah kelompok yang ada dibagi dua. Setengah dari jumlah kelompok diberi tugas menganalisis dan interpretasi data kualitatif dan sisanya menganalisis dan menginterpretasikan data kuantitatif.
• Hasil latihan dari kelompok-kelompok kecil tersebut kemudian dipresentasikan dalam diskusi kelas. Namun jika waktu tidak memungkinkan analisis data dilakukan sebagai tugas terstruktur di rumah masing-masing.
INTERPRETASI DATA DAN HASIL ANALISIS
• Dengan menggunakan data dan hasil analisis data dari kegiatan open class atau pelaksanaan tindakan di sekolah masing-masing secara berkelompok peserta mencoba untuk melakukan interpretasi. Hasil interpretasi dituliskan dalam bentuk poin-poin penting.

• Hasil interpretasi data akan digunakan untuk mengevaluasi atau merefleksi proses dan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan.

Kegiatan 5: Refleksi Diri
• Setelah selesai kegiatan 4, setiap peserta diminta untuk menuliskan hasil refleksi diri pemahaman guru peserta tentang pengelompokan data, penyajian data, analisis data kualitatif, analisis data kuantitatif, serta interpretasi hasil analisis pada buku kerja masing-masing.

Kegiatan 6: Penjelasan Tugas
Kegiatan pada pertemuan kedua ini diakhiri dengan pemberian tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk setiap guru peserta.
Testruktur:
• Tugas terstruktur yang berikan berupa tugas untuk melanjutkan atau menyempurnakan hasil latihan analisis dan interpretasi data, dengan menggunakan data hasil pelaksanaan tindakan dari kelas masing-masing. Kemudian menuliskan hasilnya secara dalam bentuk narasi.
Mandiri:
• Setiap guru peserta diminta untuk membaca buku daftar sumber belajar no 3 dan 4, sedangkan 5 dan 6 sebagi tambahan.



F. PENILAIAN:
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG/MGMP dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa:
1) Hasil analisis data yang diperoleh dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas masing-masing.
2) Uraian hasil interpretasi data.


KEGIATAN KE 6


. PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan kegiatan KKG/MGMP, guru pemandu perlu memperhatikan hal-hal berikut:
 Memahami isi Paduan Belajar Generik 6.
 Memahami isi bahan ajar tentang: refleksi dan tindak lanjut
 Menyiapkan tempat dan peralatan kegiatan (alat tulis, media presentasi, dsb).

Semua guru peserta menyiapkan:
1) Hasil analisis data dan interpretasi sebagai hasil tugas terstruktur pertemuan sebelumnya.
2) Buku Kerja Guru





F. SUMBER BELAJAR
Sumber belajar dan bahan ajar yang dapat digunakan guru peserta dalam kegiatan dapat dilihat pada Tabel 6.2 di bawah ini.
Tabel 6.2 Daftar Bahan Ajar dan Sumber Belajar untuk Kegiatan Belajar Ke-6
No Bahan Ajar dan Sumber Belajar Keterangan diperoleh
5) Contoh ringkasan laporan PTK yang telah dianotasi Ada pada Bahan Belajar Mandiri Generik 3
6) Penelitian Pendidikan SD: Peran Guru sebagai Pengajar dan Pelaksana PTK (Unit 4, hal 1-45) Hylite PTK
7) Penelitian Tindakan Kelas oleh Herawati Susilo, dkk. (2008), Bab V: 97-114 Sumber tambahan (bisa diperoleh di toko buku atau perpustakaan)
8) Penelitian Tindakan Kelas oleh IGAK Wardani, 2007, Unit 10 dan 12. Sumber tambahan (bisa diperoleh di toko buku atau perpustakaan)














G. KEGIATAN BELAJAR:
Secara umum alur kegiatan belajar dalam KKG/MGMP (tatap muka) pertemuan ke-6 adalah sebagai berikut.





















Gambar 6.1 Alur Kegiatan Belajar Guru Peserta dalam KKG/MGMP pada Pertemuan 6

Penjelasan Alur Kegiatan:
Kegiatan 1: Pendahuluan 5 menit
• Guru pemandu memberikan penjelasan tentang: topik yang akan dibahas, kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan belajar yang akan dilakukan.
Kegiatan 2: Diskusi tentang hasil analisis dan interpretasi data serta penjelasan konsep dasar refleksi dan tindak lanjut (45 menit)
• Guru Pemandu membagi guru peserta dalam kelompok kecil 3 – 4 orang. Setiap kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan hasil analisis dan interpretasi data masing-masing (dari tugas terstruktur pertemuan ke-5). Pada akhir kegiatan ini setiap guru peserta diharapkan sudah mempunyai hasil analisis dan interpretasi untuk data kelas masing-masing (25 menit).
• Setelah diskusi kelompok selesai, guru pemandu menjelaskan konsep refleksi dan tindak lanjut dalam PTK. Waktu: 35 menit.













- Guru Pemandu menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat refleksi dan tindak lanjut. Untuk menjelaskan permasalahan tersebut, Guru pemandu dapat menggunakan penjelasan berikut.

















Kegiatan 3: Berlatih melakukan refleksi dan menyusun rencana tindak lanjut (60 menit)
- Guru pemandu memberi contoh tujuan perbaikan dan deskripsi temuan kemudian guru peserta diminta membuat rumusan refleksi dan rencana tindak lanjutnya.


Tabel 6.3: Contoh Hasil Deskripsi Temuan
Tujuan Perbaikan Deskripsi Temuan Refleksi Tindak lanjut
Meningkatkan keaktifan siswa melalui kerja kelompok. Kerja kelompok berlangsung lancar, namun hanya tiga dari lima kelompok yang anggotanya aktif bertanya dan berpendapat. Untuk dua kelompok yang lain, hanya ketua kelompok dan sekretaris yang aktif bekerja, sedangkan anggota yang lain asyik ngobrol. Ini mungkin terjadi karena guru belum menerapkan strategi untuk mengaktifkan semua anggota kelompok.
(diisi oleh peserta untuk latihan)
(diisi oleh peserta untuk latihan)




- Setelah mencoba membuat refleksi dan rencana tindak lanjut seperti tersebut, guru pemandu meminta setiap guru peserta membandingkan hasil yang telah dibuat dengan contoh rumusan berikut ini.
Tabel 6.4: Contoh Deskripsi Temuan, Hasil Refleksi, dan Rencana Tindak Lanjut
Tujuan Perbaikan Deskripsi Temuan Refleksi Tindak Lanjut
Meningkatkan keaktifan siswa melalui kerja kelompok.



Kerja kelompok berlangsung lancar, namun hanya tiga dari lima kelompok yang anggotanya aktif bertanya dan berpendapat. Untuk dua kelompok yang lain, hanya ketua kelompok dan sekretaris yang aktif bekerja, sedangkan anggota yang lain asyik ngobrol. Ini mungkin terjadi karena guru belum menerapkan strategi untuk mengaktifkan semua anggota kelompok Kerja kelompok belum mampu mengaktifkan siswa, hanya sekitar 60% siswa yang aktif. Penyebabnya adalah guru peserta belum menerapkan strategi untuk mengaktifkan semua siswa. Pada siklus ke dua guru peserta memutuskan untuk meningkatkan efektifikas kerja kelompok melalui penerapan strategi kerja kelompok ”kolaboratif”. Dalam teknik kolaboratif siswa yang tidak mampu dipacu oleh guru agar mau bertanya kepada temannya, sedangkan siswa yang mampu diminta untuk dapat membantu atau menjelaskan pada temannya yang belum paham
- Berdasarkan penjelasan dan diskusi tersebut, guru pemandu menyiapkan berkas-berkas yang terkait dengan rencana tindakan, serta hasil analisis dan interpretasi data hasil open class. Guru Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil 3-4 orang atau berpasangan.
- Setiap kelompok/orang diberi tugas untuk:
a. menulis kembali tujuan perbaikan pembelajaran saat open class,
b. membuat deskripsi hasil analisis dan interpretasi data open class,
c. merumuskan uraian hasil refleksi, serta
d. merumuskan tindak lanjut.
Hasil kerja dari setiap kelompok diminta untuk menuangkan ke dalam format berikut.


Tabel 6.5: Format untuk Berlatih Merefleksi
Tujuan Perbaikan
(Open class) Deskripsi Temuan
(Open class) Refleksi Tindak Lanjut


• Hasil kerja kelompok kecil kemudian didiskusikan dipresentasikan dalam diskusi kelas.
Kegiatan 4: Latihan Merumuskan Hasil Refleksi (75 menit).
• Guru Pemandu menugaskan para guru peserta untuk melakukan refleksi berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan/pembelajaran dari masing-masing.
• Hasil refleksi dan rencana tindak lanjutnya diuraikan dalam bentuk paragraf naratif. Perhatikan format berikut ini.

Rumusan Masalah: (seperti yang dihasilkan dari pertemuan ke-2)
Hasil Refleksi:
(beberapa paragraf)
Rencana Tindak Lanjut:
(beberapa paragraf)

• Setelah masing-masing orang menyelesaikan refleksinya, mereka diminta berdiskusi dalam kelompok kecil atau saling berpasangan untuk mendiskusikan atau memberi masukan pada hasil refleksi dan tindak lanjut masing-masing.
• Fokus diskusi adalah; Apakah uraian refleksi sudah menjawab permasalahan? Apakah rencana tindakan sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi dengan menggunakan strategi yang tepat?
Kegiatan 5: Menuliskan Refleksi Diri (10 menit)
Setelah selesai kegiatan 4, setiap guru peserta diminta untuk menuliskan hasil refleksi diri pemahaman guru peserta tentang refleksi dan tindak lanjut pada buku kerja masing-masing.
Kegiatan 6: Tugas Terstruktur dan Mandiri (5 menit)
• Kegiatan pada pertemuan kedua ini diakhiri dengan pemberian tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk setiap guru peserta.
Terstruktur:
• Menyusun kembali uraian refleksi dan rencana tindak lanjut berdasarkan masukan dari guru peserta lain dan guru pemandu.


Mandiri:
• Membaca buku-buku yang dirujuk dalam sumber belajar, yakni nomor 2 – 4.
• Memadukan semua pemahaman yang diperoleh mulai dari kegiatan belajar ke-1 sampai ke-6. Jika ada hal-hal yang masih perlu diklarifikasi atau ditanyakan kepada pemandu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditulis dalam buku kerja, selanjutnya disampaikan pada guru pemandu pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.
H. PENILAIAN:
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG/MGMP dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa:
h. Uraian hasil refleksi berdasarkan hasil analisis data.
i. Uraian rencana tindak lanjut berdasarkan hasil refleksi.


Kegiatan ke 7